KUTBAH IDUL ADHA/IDUL QURBAN
Idul Adha
dinamakan juga Idul Qurban, karena sejak fajar menyingsing di pagi hari ini,
sampai terbenam matahari pada tanggal 23 Dzulhijah nanti atau yang disebut hari
Tasyriq, selama empat hari berturut-turut kita telah berada dalam suasana Idul
Adha. Hari Raya yang terbesar dalam Islam. Hari Raya yang membayangkan betapa
besar dan agungnya jiwa umat Islam yang telah bertaqwa kepada Allah SWT.
Dari peristiwa sejarah kita menemui peristiwa penting
dalam arti dan makna Idul Adha, dimana Nabi Ibrahim a.s. telah memberikan
pengorbanan yang besar dan mengagumkan dengan penyembelihan puteranya Nabi
Ismail , demi pengabdiannya yang besar terhadap Allah SWT. Allah membalas
pengabdian itu dengan menukar Ismail dengan seekor kambing.
Penyembelihan hewan yang lazimnya disebut qurban itu,
merupakan ukuran bagi setiap kita, sampai seberapa besar kesediannya untuk
berkurban, demi pengabdian kita kepada Allah SWT karena Allah SWT tidak
menerima daging dari hewan-hewan yang kita potong itu, kecuali hanya niat amal
kita ikhlas sajalah yang diterima oleh Allah, sebagaimana disebutkan dalam
firman Allah SWT dalam Al-Qur’an :
لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلا
دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ
Artinya : “Allah tidak akan menerima daging-daging dan
darah-darah hewan kurban mereka akan tetapi yang Allah terima adalah ketaqwaan
dari kalian” (Q.S. Al-Hajj : 37)
Dari ayat tersebut, kita memperoleh pelajaran bahwa
hewan-hewan qurban yang kita potong itu , baik kambing, kerbau maupun lembu,
maka bukan daging-daging dan darah-darah dari hewan-hewan itu yang diterima
Allah melainkan ketaatan kita yang ihlas dan pengabdian kita yang sungguh-sungguh
itulah yang diterima oleh Allah SWT dan dibalas dengan pahala yang setimpal.
Maka pengorbanan dan pengabdian itulah suatu didikan Islam kepada umat Islam
untuk memperkuat jiwa sosial dan dermawan, serta untuk melatih dan membiasakan
diri mengorbankan segala sesuatu yang dimilikinya bagi keselamatan dan
kebahagiaan umat bersama, serta kemajuan bangsa dan negaranya serta kejayaan
Islam.
Saudara-saudara kaum
muslimin yang berbahagia
Apabila kita memperhatikan “berkurban” dari segi memperoleh
keridhoan Allah, maka sungguh berkurban ini sangat hebat sekali pahalanya,
sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya :
Artinya : “Berkurban itu untuk yang melaksanakannya,
dibalas Allah dengan pahala tiap-tiap satu helai rambut, satu kebajikan”. (H.R.
Ibnu Majah)
Wahai saudara-saudara kaum muslimin, alangkah besar
pahala amal kurban ini. Gunakanlah kesempatan ini sebaik-baiknya. Hidup pasti
mati, harta kekayaan akan kita tinggalkan seluruhnya, kecuali amal ijualah yang
dapat kita bawa nanti.
Sungguh berkurban, sekali lagi berkurban ini berarti
menitik beratkan pelaksanaan wajib dan kepentingan umum. Dan kita sebagai kaum
muslimin dituntut oeh Allah SWT untuk memberikan pengabdian kita
sebanyak-banyaknya, agar kita semua memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat;
agar kita semu dalam tahun-tahun yang akan datang memperoleh kesejahteraan yang
lebih baik di dalam kehidupan kita sehari-hari, baik moril maupun materil. Dan
jalan satu-satunya ialah kita dapat mengorbankan keperntingan diri sendiri dan
mengutamakan kepentingan umum, pada batas-batas yang dapat dibenarkan oleh
syara’.
Sungguh banyak sekali hikmah dan nilai rohani yang dapat
kita petik dari ajaran dan pelaksanaan kurban ini. Karena itu adalah tugas kita
semua unutk mencontoh dan mengambil tauladan dari derap dan langkah serta sikap
nabi Ibrahim a.s dalam mewujudkan dan mempertahankan keyakinan kepada Allah.
Semua orang tahun bahwa drama besar ketiga tokoh, yaitu Ibrahim, Siti Hajar dan
Ismail itulah awal peristiwa besar yang kemudian menjai sejarah abadi ini.
Tokoh Nabi Ibrahim a.s. sebagai seorang ayah, harus
dijadikan contoh bagi ayah-ayah masa kini. Ia amat mencintai anak dan
isterinya, tetapi cintanya keapada Allah adalah diatas segala-galanya, karena
itu ia rela mengorbankan apa saja, bahkan mengorbankan puteranya sendiri
sekalipun, lantara untuk memenuhi panggilan Allah. Godaan iblis yang tak
henti-hentinya tidak mampu menggoyahkan imannya, bahkan semakin tabah dan tetap
hatinya.
Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia.
Dalam rangkaian sejarah peristiwa kurban ini, Siti Hajar
sebagai seorang isteri dan ibu amat kuat imannya dan setia kepada suami serta
cinta dan kasih sayang kepada puteranya. Ibu yang demikian ini wajib diteladani
oleh para ibu masa kini. Ia seorang ibu yang baik, sabar dan tabah. Ia tidak
duka kerika suaminya meninggalkannya seorang diri di gurun sahara. Ia merelakan
suaminya pergi, karena kepergiannya itu untuk memenuhi panggilan Ilahi. Ia rela
berkurban dan mengurbankan apa saja, kalau memang yang demikan untuk bakti
kepada Allah. Ia tidak mempan digoda setan, walaupun godaan itu menggiurkan. Ia
menolak semua godaan itu.
Karena itu tekad dan tulus ihlas Siti Hajar itu perlu
dicontoh dan diteladani oleh kita semua, khususnya oleh para ibu dan wanita-wanita
masa kini. Kesetiaan isteri kepada suami dan ketabahan serta kesabaran
mengemban tugas adalah sumber kesentosaan rumah tangga, sekaligus kebahagiaan
rumah tangga.
Sungguh peranan ibu sangat penting sekali dalam membetnuk
watak anak baik dan ibu itu yang menentukan watak anak bangsa di kemudian hari,
sebagaimana dinyatakan dalam sabda Nabi Muhammad SAW :
Artinya : “Wanita adalah tiang negara, apabila ia baik,
maka baiklah negara itu, dan apabila rusak maka rusak pula negara itu”.
Allahu Akabr, Allahu Akbar,
Allahu Akbar.
Saudara-saudara kaum
muslimin yang berbahagia.
Mrilah kita perhatikan
sejenak tokoh Ismail. Ia adalah tokoh yang harus ditiru oleh para remaja kita
dewasa ini. Untuk mewujudkan taqwanya kepada Allah dan baktinya kepada Tuhan
serta kepada orang tuanya, ia rela mengurbankan nyawanya berpisah dengan
jasadnya. Bukankan ini sebuah pengorbanan yang besar itulah, kebahagiaan akan
dimiliki. Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an :
لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ
حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ
Artinya : “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang
sempurna), kecuali setelah kamu memberikan dan mengorbankan sebahagian harta
yang kamu cintai.” (Q.S. Ali-Imron : 92)
Untuk mewujudkan pembangunan bangsa dan mensejahterakan
umat, serta tegaknya syiar Islam ini, amat memerlukan remaja yang berjiwa besar
dan berakhlak mulia; kita masih memerlukan para remaja yang ikhlas berani
berkurban untuk mencapai cita-cita luhur, karena hanya ditangan remajalah
terletak kejayaan umat dan bangsa, sebagaimana dinyatakan oleh pujangga Islam
dalam syairnya :
Artinya :
“Sungguh hanya ditangan pemudalah terletak kejayaan umat. Dan dalam derap
langkah merekalah, hidup matinya bangsa itu.
Allahu Akbar, Allahu Akbar,
Allahu Akbar.
Saudara-saudara kaum muslimin
yang berbahagia.
Dalam melaksanakan shalah Idul Adha ini, kenangan kita
terbang ke tanah suci diamana seluruh umat Muslimim yang berkesempatan
menunaikan rukun Islam ke lima, yaitu naik haji, hari ini sedang melaksanakan
ibadah haji di Mina, sesudahhnya berwuquf di padang Arafah kemarin tanggal 9
Dzulhijah.
Saudara-saudara kaum
muslimin yang berbahagia.
Ibadah haji selain mengandung pahala yang besar, banyak
hikmah yang bisa dipetik dalam aktivitas ritual selama berhaji. Disamping
menapak tilas sejarah, untuk mengingat peristiwa-peristiwa masa lalu yang telah
dialami oleh hamba-hamba Allah yang saleh.
Sejak dimulainya ihram, segenap umat manusia diwajibkan
mengenakan pakaian Ihram, tanpa kecuali, berkumpul di tanah Haram untuk
bersama-sama memnuhi panggilan Tuhan. Disana semua manusia memiliki kewajiban
yang sama, melaksanakan truku-rukun haji, menghadap kepada Allah. Tanpa
membedakan suku bangsa, etnis, warna kulit , status sosial, atau bahkan sekedar
perbedaan nasib kaya dan miskin. Disana sangat tersa bahwa pada dasarnya
manusia itu sama di hadapan Tuhan.
Peristiwa wukuf diarafah, mengajarkan bahwa kelak di hari
kiamat segenap umat manusia berkumpul di padang Mahsyar. Mengingatkan mereka,
bahwa peristiwa yang sedang mereka alami di dunia, kelak akan terulang lagi di
padang Mahsyar, dimana setiap umat manusia akan mempertanggungjawabkan segala
amal perbuatannya semasa hidup didunia.
Di dalam ibadah tawaf, semua umat manusia mengelilingi
Baitullah, yang merupakan rumah ibadah pertama kali yang dibangun sebagai pusat
ibadah umat manusia. Sejakumat terdahulu sampai Nabi Muhammad SAW, semuanya
melaksanakan syariat tawaf yang sama. Ini mnegajarkan kepada umat manusia,
bahwa semenjak Nabi Adam tercipta, umat manusia diajak untuk menyembah Tuhan
Yang Maha Esa, mentawafi kehidupan dan perputaran waktu dengan penuh kearifan
dan kebajikan.
No comments:
Post a Comment