Saturday, 27 August 2016

Contoh Khutbah Idul Adha

KUTBAH IDUL ADHA/IDUL QURBAN



Idul Adha dinamakan juga Idul Qurban, karena sejak fajar menyingsing di pagi hari ini, sampai terbenam matahari pada tanggal 23 Dzulhijah nanti atau yang disebut hari Tasyriq, selama empat hari berturut-turut kita telah berada dalam suasana Idul Adha. Hari Raya yang terbesar dalam Islam. Hari Raya yang membayangkan betapa besar dan agungnya jiwa umat Islam yang telah bertaqwa kepada Allah SWT.

            Dari peristiwa sejarah kita menemui peristiwa penting dalam arti dan makna Idul Adha, dimana Nabi Ibrahim a.s. telah memberikan pengorbanan yang besar dan mengagumkan dengan penyembelihan puteranya Nabi Ismail , demi pengabdiannya yang besar terhadap Allah SWT. Allah membalas pengabdian itu dengan menukar Ismail dengan seekor kambing.

            Pengorbanan yang besar diberikan oleh Nabi Ibrahim a.s. itu oleh Agama Islam telah dianjurkan untuk dilaksanakan pula oleh kaum muslimin, sebagai tanda dari pada keikhlasan dan kesediannya untuk memberikan pengorbanan dan pengabdiannya kepada Allah SWT dengan menyembelih hewan, seperti kambing, kerbau atau lembu yang dagingnya di bagi-bagikan kepada fakir miskin yang berada disekitar kita.

            Penyembelihan hewan yang lazimnya disebut qurban itu, merupakan ukuran bagi setiap kita, sampai seberapa besar kesediannya untuk berkurban, demi pengabdian kita kepada Allah SWT karena Allah SWT tidak menerima daging dari hewan-hewan yang kita potong itu, kecuali hanya niat amal kita ikhlas sajalah yang diterima oleh Allah, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT dalam Al-Qur’an :
لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ
Artinya : “Allah tidak akan menerima daging-daging dan darah-darah hewan kurban mereka akan tetapi yang Allah terima adalah ketaqwaan dari kalian” (Q.S. Al-Hajj : 37)

            Dari ayat tersebut, kita memperoleh pelajaran bahwa hewan-hewan qurban yang kita potong itu , baik kambing, kerbau maupun lembu, maka bukan daging-daging dan darah-darah dari hewan-hewan itu yang diterima Allah melainkan ketaatan kita yang ihlas dan pengabdian kita yang sungguh-sungguh itulah yang diterima oleh Allah SWT dan dibalas dengan pahala yang setimpal. Maka pengorbanan dan pengabdian itulah suatu didikan Islam kepada umat Islam untuk memperkuat jiwa sosial dan dermawan, serta untuk melatih dan membiasakan diri mengorbankan segala sesuatu yang dimilikinya bagi keselamatan dan kebahagiaan umat bersama, serta kemajuan bangsa dan negaranya serta kejayaan Islam.

Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia

            Apabila kita memperhatikan “berkurban” dari segi memperoleh keridhoan Allah, maka sungguh berkurban ini sangat hebat sekali pahalanya, sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya :
 Artinya : “Berkurban itu untuk yang melaksanakannya, dibalas Allah dengan pahala tiap-tiap satu helai rambut, satu kebajikan”. (H.R. Ibnu Majah)
            Wahai saudara-saudara kaum muslimin, alangkah besar pahala amal kurban ini. Gunakanlah kesempatan ini sebaik-baiknya. Hidup pasti mati, harta kekayaan akan kita tinggalkan seluruhnya, kecuali amal ijualah yang dapat kita bawa nanti.

            Sungguh berkurban, sekali lagi berkurban ini berarti menitik beratkan pelaksanaan wajib dan kepentingan umum. Dan kita sebagai kaum muslimin dituntut oeh Allah SWT untuk memberikan pengabdian kita sebanyak-banyaknya, agar kita semua memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat; agar kita semu dalam tahun-tahun yang akan datang memperoleh kesejahteraan yang lebih baik di dalam kehidupan kita sehari-hari, baik moril maupun materil. Dan jalan satu-satunya ialah kita dapat mengorbankan keperntingan diri sendiri dan mengutamakan kepentingan umum, pada batas-batas yang dapat dibenarkan oleh syara’.

            Sungguh banyak sekali hikmah dan nilai rohani yang dapat kita petik dari ajaran dan pelaksanaan kurban ini. Karena itu adalah tugas kita semua unutk mencontoh dan mengambil tauladan dari derap dan langkah serta sikap nabi Ibrahim a.s dalam mewujudkan dan mempertahankan keyakinan kepada Allah. Semua orang tahun bahwa drama besar ketiga tokoh, yaitu Ibrahim, Siti Hajar dan Ismail itulah awal peristiwa besar yang kemudian menjai sejarah abadi ini.

            Tokoh Nabi Ibrahim a.s. sebagai seorang ayah, harus dijadikan contoh bagi ayah-ayah masa kini. Ia amat mencintai anak dan isterinya, tetapi cintanya keapada Allah adalah diatas segala-galanya, karena itu ia rela mengorbankan apa saja, bahkan mengorbankan puteranya sendiri sekalipun, lantara untuk memenuhi panggilan Allah. Godaan iblis yang tak henti-hentinya tidak mampu menggoyahkan imannya, bahkan semakin tabah dan tetap hatinya.

            Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia.

            Dalam rangkaian sejarah peristiwa kurban ini, Siti Hajar sebagai seorang isteri dan ibu amat kuat imannya dan setia kepada suami serta cinta dan kasih sayang kepada puteranya. Ibu yang demikian ini wajib diteladani oleh para ibu masa kini. Ia seorang ibu yang baik, sabar dan tabah. Ia tidak duka kerika suaminya meninggalkannya seorang diri di gurun sahara. Ia merelakan suaminya pergi, karena kepergiannya itu untuk memenuhi panggilan Ilahi. Ia rela berkurban dan mengurbankan apa saja, kalau memang yang demikan untuk bakti kepada Allah. Ia tidak mempan digoda setan, walaupun godaan itu menggiurkan. Ia menolak semua godaan itu.

            Karena itu tekad dan tulus ihlas Siti Hajar itu perlu dicontoh dan diteladani oleh kita semua, khususnya oleh para ibu dan wanita-wanita masa kini. Kesetiaan isteri kepada suami dan ketabahan serta kesabaran mengemban tugas adalah sumber kesentosaan rumah tangga, sekaligus kebahagiaan rumah tangga.

            Sungguh peranan ibu sangat penting sekali dalam membetnuk watak anak baik dan ibu itu yang menentukan watak anak bangsa di kemudian hari, sebagaimana dinyatakan dalam sabda Nabi Muhammad SAW :
Artinya : “Wanita adalah tiang negara, apabila ia baik, maka baiklah negara itu, dan apabila rusak maka rusak pula negara itu”.
Allahu Akabr, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia.

Mrilah kita perhatikan sejenak tokoh Ismail. Ia adalah tokoh yang harus ditiru oleh para remaja kita dewasa ini. Untuk mewujudkan taqwanya kepada Allah dan baktinya kepada Tuhan serta kepada orang tuanya, ia rela mengurbankan nyawanya berpisah dengan jasadnya. Bukankan ini sebuah pengorbanan yang besar itulah, kebahagiaan akan dimiliki. Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an :

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ

Artinya : “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), kecuali setelah kamu memberikan dan mengorbankan sebahagian harta yang kamu cintai.”  (Q.S. Ali-Imron : 92)

            Untuk mewujudkan pembangunan bangsa dan mensejahterakan umat, serta tegaknya syiar Islam ini, amat memerlukan remaja yang berjiwa besar dan berakhlak mulia; kita masih memerlukan para remaja yang ikhlas berani berkurban untuk mencapai cita-cita luhur, karena hanya ditangan remajalah terletak kejayaan umat dan bangsa, sebagaimana dinyatakan oleh pujangga Islam dalam syairnya :
Artinya : “Sungguh hanya ditangan pemudalah terletak kejayaan umat. Dan dalam derap langkah merekalah, hidup matinya bangsa itu.
 Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia.

            Dalam melaksanakan shalah Idul Adha ini, kenangan kita terbang ke tanah suci diamana seluruh umat Muslimim yang berkesempatan menunaikan rukun Islam ke lima, yaitu naik haji, hari ini sedang melaksanakan ibadah haji di Mina, sesudahhnya berwuquf di padang Arafah kemarin tanggal 9 Dzulhijah.

Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia.

            Ibadah haji selain mengandung pahala yang besar, banyak hikmah yang bisa dipetik dalam aktivitas ritual selama berhaji. Disamping menapak tilas sejarah, untuk mengingat peristiwa-peristiwa masa lalu yang telah dialami oleh hamba-hamba Allah yang saleh.

            Sejak dimulainya ihram, segenap umat manusia diwajibkan mengenakan pakaian Ihram, tanpa kecuali, berkumpul di tanah Haram untuk bersama-sama memnuhi panggilan Tuhan. Disana semua manusia memiliki kewajiban yang sama, melaksanakan truku-rukun haji, menghadap kepada Allah. Tanpa membedakan suku bangsa, etnis, warna kulit , status sosial, atau bahkan sekedar perbedaan nasib kaya dan miskin. Disana sangat tersa bahwa pada dasarnya manusia itu sama di hadapan Tuhan.

            Peristiwa wukuf diarafah, mengajarkan bahwa kelak di hari kiamat segenap umat manusia berkumpul di padang Mahsyar. Mengingatkan mereka, bahwa peristiwa yang sedang mereka alami di dunia, kelak akan terulang lagi di padang Mahsyar, dimana setiap umat manusia akan mempertanggungjawabkan segala amal perbuatannya semasa hidup didunia.


            Di dalam ibadah tawaf, semua umat manusia mengelilingi Baitullah, yang merupakan rumah ibadah pertama kali yang dibangun sebagai pusat ibadah umat manusia. Sejakumat terdahulu sampai Nabi Muhammad SAW, semuanya melaksanakan syariat tawaf yang sama. Ini mnegajarkan kepada umat manusia, bahwa semenjak Nabi Adam tercipta, umat manusia diajak untuk menyembah Tuhan Yang Maha Esa, mentawafi kehidupan dan perputaran waktu dengan penuh kearifan dan kebajikan.

No comments:

Post a Comment